Minggu, 30 Desember 2012

Tugas Biologi Perikanan


FAKTOR PEMBATAS
Beberapa bentuk perlawanan lingkungan akan menghentikan pertumbuhan penduduk. Bentuk perlawanan lingkungan disebut faktor pembatas karena membatasi populasi dan juga dapat meningkatkan populasi. Inilah klasifikasinya kepadatan faktor independen dan kepadatan tergantung faktor.
FAKTOR KEPADATAN INDEPENDEN (DENSITY INDEPENDENCY)
Faktor kepadatan independen dapat mempengaruhi populasi tidak peduli apa itu kepadatan itu. Contoh: bencana alam, temperatur, sinar matahari, aktivitas manusia, karakteristik fisik dan perilaku organisme mempengaruhi populasi setiap dan semua terlepas dari kepadatan mereka.
Bencana alam seperti kekeringan, banjir, badai dan kebakaran dapat menyengsarakan biota perairan. Sebagai contoh, kekeringan yang parah bisa menurunkan kadar air dan menurunkan daya dukungnya maka populasi akan menurun.
Suhu mempengaruhi aktivitas dan pertumbuhan organisme. Suhu juga menentukan jenis organisme dapat hidup di danau. Biasanya, semakin tinggi suhu air, besar aktivitas dalam danau. Jika suhu bervariasi menyebabkan spesies akan mati atau pindah ke yang berbeda lokasi. Suhu juga mempengaruhi sifat kimiawi air. Tingkat reaksi kimia dalam air meningkat dengan meningkatnya suhu. Misalnya, air hangat memegang kurang oksigen daripada air dingin, sehingga meskipun ada lebih banyak aktivitas di air hangat ada mungkin tidak cukup oksigen untuk kegiatan terus untuk jangka waktu yang lama.
Sinar matahari hanya dapat menembus hingga kedalaman 30 meter dalam air. Jadi kebanyakan fotosintesis di lingkungan perairan terjadi dekat permukaan. Ini berarti bahwa kebanyakan tanaman tidak dapat tumbuh jika mereka berada di dasar danau yang dalam.
Aktivitas manusia juga dapat mempengaruhi dinamika populasi menyebabkan tingkat air di perairan tiba-tiba menurun.
Karakteristik fisik dari organisme dapat mempengaruhi populasi mereka. Banyak organisme diadaptasi dan berevolusi untuk meningkatkan kesempatan mereka untuk bertahan hidup.
Perilaku organisme juga dapat mempengaruhi populasi mereka. Sebagai contoh, beberapa spesies bermigrasi untuk mencari sumber makanan baru atau untuk kawin.

Sumber : The Effects of Density-Dependent Resource Limitations on the Demography of Wild Reindeer Author(s): T. Skogland Source: The Journal of Animal Ecology, Vol. 54, No. 2 (Jun., 1985), pp. 359-374 Published by: British Ecological Society Stable URL: http://www.jstor.org/stable/4484 

Tugas Biologi Perikanan


POLA PERTUMBUHAN DAN REPRODUKSI IKAN KUNIRAN (Upeneus moluccensis Bleeker, 1855) DI PERAIRAN TELUK JAKARTA, JAKARTA UTARA

          Ikan kuniran (Mullidae) adalah kelompok ikan demersal yang mempunyai nilai ekonomis dan tersebar di seluruh wilayah perairan Indonesia (Ernawati and Sumiono, 2006). Walaupun bukan merupakan tangkapan utama, namun ikan kuniran selalu tertangkap oleh para nelayan. Akibat tangkapan secara terus menerus menyebabkan populasi ikan kuniran mulai menurun. Oleh karena itu diperlukan kajian mengenai biologi reproduksi yang dapat digunakan sebagai dasar pengelolaan di Teluk Jakarta.
          Ikan contoh diambil untuk analisis hubungan panjang berat dan untuk analisis aspek reproduksi. Pola pertumbuhan dan reproduksi merupakan informasi yang mendasar bagi pengelolaan dan pemanfaatan, pada sumberdaya ikan kuniran. Informasi penting diantaranya adalah faktor kondisi, nisbah kelamin, tingkat kematangan gonad, indeks kematangan gonad, fekunditas, diameter telur dan ukuran ikan pertama kali matang gonad.
          Pertumbuhan merupakan suatu indikator yang baik untuk melihat kondisi kesehatan individu, populasi dan lingkungan. Faktor eksternal yang mempengaruhi pertumbuhan yaitu jumlah makanan yang tersedia dan kualitas air, faktor internal yang mempengaruhi pertumbuhan adalah keturunan, jenis kelamin, umur dan penyakit (Effendie, 2002). Laju pertumbuhan yang cepat menunjukkan kelimpahan makanan dan kondisi lingkungan tempat hidup yang sesuai (Tutupoho, 2008). Keadaan lingkungan perairan yang buruk akan mempengaruhi kisaran ukuran ikan yang tertangkap (Komara, 1983 in Brojo and Sari, 2002). Makanan yang dimakan oleh ikan tidak hanya digunakan untuk pertumbuhan, namun energi juga digunakan untuk metabolism aktivitas, osmoregulasi dan reproduksi (Fujaya, 2004).
          Menurut Dwipunggo (1982) in Harahap and Djamali (2005), kecepatan pertumbuhan akan berlainan setiap tahunnya terutama pada ikan yang masih muda. Kecepatan pertumbuhan ikan muda relatif lebih cepat dibandingkan dengan ikan yang sudah besar. Hal ini besar kemungkinan disebabkan keadaan lingkungan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan.

Sumber : Skripsi Nina Triana, Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan FPIK IPB, 2011

Selasa, 11 Desember 2012

Limnologi

pengurangan bertahap dalam konsentrasi POC. Peningkatan POC umumnya diamati selama periode sirkulasi saat sedimen surficial terganggu dan resuspended ke dalam kolom air. Dalam danau kurang produktif, POC hypolimnetic umumnya tidak sangat bertambah kecuali hypolimnion rendah menjadi anaerob misalnya, di bagian akhir musim panas ketika stratifikasi populasi bakteri atau ganggang khusus dapat berkembang pada profesi. Dalam danau hipereutrofik yang menerima input besar plankton yang POC pesisir, hypolimnia ini dengan cepat diberikan anoksik (sebagaimana dicontohkan oleh wintergreen Danau) dan produktivitas bakteri berkontribusi terhadap peningkatan ditandai di POC.
Jumlah POC pelagis dari danau relatif konstan dari tahun ke tahun, asalkan sistem danau tidak terganggu oleh pengaruh eksternal seperti pengayaan dari aktivitas manusia. Rasio DOC ke POC agak konstan pada sekitar 10:1 di mos produktif untuk danau cukup produktif tetapi lebih rendah dan lebih bervariasi di sungai. Penyimpangan froms ini rasio 10:1 dengan kedalaman dan musim merupakan perairan kecil kurang produktif. Sebagai danau menjadi eutrofik lebih, DOC: rasio POC naik turun secara drastis dengan musim dan kedalaman. Pada contoh Danau wintergreen rata-rata tahunan adalah sekitar 5:1 tetapi selama periode pertumbuhan alga dan bakteri intensif, ransum menurun hingga 1:1 atau kurang meningkat menjadi sekitar 10:1 selama periode gagal sirkulasi. Di danau sungai dan waduk dengan pembebanan allochthonous tinggi POC, DOC: rasio POC berfluktuasi dan memiliki lebih rendah dari nilai rata-rata global
Dalam sebuah danau produktif di MIchigan menemukan bahwa partikulat detritus organik merupakan 1,3-16,9 kali biomassa phytoplankton dan terdiri> 50% dari seston. Sisa dari seston didominasi oleh materi anorganik, seperti CaCO3 partikulat dan silika.
Perkiraan penggantian karbon sel alga dalam POC pelagis telah dibuat dari pengukuran biomassa karbon sel alga dan tingkat produksi primer bersih. Kompensasi kerugian resipiratory karbon, akumulasi bersih harian dari POC dapat diperkirakan dari produksi primer bersih. The POC epilimnetic total suspended dari Lawrence Danau memiliki waktu penggantian rata-rata (omset) dari 40,7 hari (kisaran 8,1-544 hari) Di kolam POC, rata-rata 83 mg C m -2 adalah sel karbon alga yang digantikan oleh produktivitas primer dalam 1,1 hari selama musim bebas es. Karbon sel alga memiliki waktu penggantian tahunan rata-rata 3,6 hari.
Generalisasi pada siklus karbon organik di kalangan populasi phytoplantonic sulit untuk membuat karena kurangnya data dalam kondisi alamiah. Konsentrasi POC dari zona pelagis biasanya jauh lebih besar di danau eutrofik daripada di perairan subur. Perbedaan konsentrasi DOC kurang ditandai dalam transisi dari oligotrophic ke perairan yang sangat eutrofik. Karbon sel alga biasanya meningkat nonlinearly dengan meningkatkan kesuburan dan sedikit kecenderungan untuk bangsal sel alga ukuran gerater ditemukan di danau eutrofik. Penggantian waktu karbon sel alga oleh produksi primer bersih biasanya lebih besar daripada di perairan eutrofik ologitrophic, tetapi meningkat di masa repalcement tidak sebanding dengan peningkatan karbon sel. Oleh karena itu, di perairan yang kurang subur, sel-sel alga yang phtosynthesizing lebih per satuan karbon sel memiliki karbon yang lebih besar per sel.

Senin, 10 Desember 2012

ekoper

MAKALAH HASIL PRAKTIKUM
EKOLOGI PERAIRAN TROPIS
EKOSISTEM SUNGAI

Kelompok 3
Disusun Oleh :
            1. Sekar Mentari Putri         26010211130028
            2. Amanda Mega Putri        26010211130030
            3. Ana Yuliana            26010211130036
            4. Dewi Masitoh             26010211120007
            5. Thifal Dwipurnadhani        26010211140076
            6. Tika Damarsari S            26010211130041
            7. Fajar Adi Purnomo        26010211140086
            8. Fandy Malik            26010211130077
            9. Katon Adi Wicaksono        26010211140083

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS DIPONOGORO
2012
II.    Materi dan Metode
2.1    Materi
2.1.1    alat
    Alat yang digunakan pada praktikum ekologi perairan tropis adalah sebagai berikut:
No    Nama Alat    Ketelitian    Kegunaan
1.    Secchi Disk    1 cm    Untuk mengukur kecerahan dan kedalaman
2.     Bola arus    -    Untuk mengukur arus
3.    Cetok pasir    -    Untuk mengambil substrat
4.    Nampan    -    Untuk meletakkan biota
5.    Saringan tepung    -    Untuk menyaring substrat
6.    Termometer    1oC    Untuk mengukur suhu
7.    Plastik bening    -    Untuk mengambil air sampel
8.    Stopwatch    -    Untuk menghitung waktu
9.    Refraktometer    0,001    Untuk mengukur salinitas
10.    Pipet tetes    -    Untuk mengambil larutan
11.    Papan data    -    Untuk mencatat data hasil praktikum
12.    Tisu gulung    -    Untuk membersihkan alat
13.    Spidol marker    -    Untuk menulis hasil di papan data
14.    Buku literatur    -    Sebagai referensi hasil praktikum
15.    Trash bag    -    Untuk tempat sampah
16.    Daftar nilai kelompok    -    Untuk mencatat nilai
17.    Gelas plastik    -    Untuk mengambil air minum


2.1.2    bahan
    Bahan yang digunakan pada praktikum ekologi perairan tropis adalah sebagai berikut:
No    Nama Bahan    Ketelitian    Kegunaan
1.    pH universal    -    Untuk mengetahui nilai pH
2.    Aquades    -    Untuk mengkalibrasi rafraktometer


2.2     Metode
2.2.1     Parameter fisika
a.    Kecerahan
    Metode yang digunakan pada pengukuran kecerahan dalam ekologi perairan tropis adalah dilakukan dengan menggunakan secchi disk yang digunakan berupa piringan hitam berdiamter 20-30 cm dicat hitam putih berselang-seling. Skala pada tongkat atau tali piringan secchi disk dibaca yang dimasukkan ke dalam air dimana piringan tersebut tidak terlihat, dengan skala dimana piringan secchi disk terlihat.
b.    Kedalaman
    Metode yang digunakan pada pengukuran kedalaman dalam praktikum ekologi perairan tropis adalah dilakukan dengan menggunakan tali atau tongkat berskala atau menggunakan secchi disk.
c.    Arus
    Metode yang digunakan pada pengukuran arus dalam praktikum ekologi perairan tropis adalah dilakukan dengan menggunakan bola arus (jeruk) yang diikat dengan tali raffia sepanjang 1 meter. Bola arus dibiarkan mengapung di atas air kemudian dihitung waktu yang ditempuh bola sepanjang 1 meter dengan menggunakan stopwatch. Kemudian dihitung dengan cara jarak yang ditempuh bola arus (1 m) dibagi waktu (detik).
d.    Suhu
    Metode yang digunakan pada pengukuran suhu dalam praktikum ekologi perairan tropis adalah

e.     Substrat
    Metode yang digunakan pada pengambilan substrat dalam praktikum ekologi perairan tropis adalah dilakukan dengan substrat diambil dari dasar perairan kemudian diamati warna, bau dan tekstur substrat.

2.2.2    Parameter kimia
a.    Salinitas
    Metode yang digunakan pada pengukuran salinitas dalam praktikum ekologi perairan tropis adalah dilakukan dengan air sampel diambil dan diteteskan pada refraktometer dengan menggunakan pipet tetes yang sebelumnya sudah dikalibrasi dengan aquades. Refraktometer diarahkan kea rah cahaya matahari dan dilihat nilai salinitasnya.
b.    pH
    Metode yang digunakan pada pengukuran pH dalam praktikum ekologi perairan tropis adalah dilakukan dengan air sampel diambil dan pH universal dicelupkan ke dalam air sampel lalu warna pada pH universal dicocokkan serta dilihat nilai pH.

2.2.3    Parameter biologi
a.    Sampling makrozobentos
    Metode yang digunakan pada sampling makrozobentos dalam praktikum ekologi perairan tropis adalah


b.    Pengamatan vegetasi
    Metode yang digunakan pada pengamatan vegetasi dalam praktikum ekologi perairan tropis adalah

Kamis, 06 Desember 2012

BioInfromatika pada Budidaya Perikanan Sekar


Peranan BIO INFORMASI dalam Analisis Keragaman Genetik Lima Populasi Ikan Nila Hitam dengan Analisis Sidik Ragam Radom Amplified Polymorphism DNA (RAPD)



Bioinfromatika merupakan ilmu terapan yang lahir dari perkembangan teknologi informasi di bidang molekular. Pembahasan di bidang bioinformatika tidak terlepas dari perkembangan biologi molekuler modern salah satunya peningkatan pemahaman manusia di bidang genocomic yang terdapat dalam molekul DNA.
Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan ikan asal Afrika yang sudah diperkenalkan di banyak Negara. Ikan ini tahan terhadap penyakit, mudah berkembang biak dan toleran terhadap kualitas air yang rendah termasuk kadar oksigen terlarut yang rendah (Ditjenkan, 1991).
Penggunaan ikan nila sebagai komoditas budidaya meliputi sebagian besar wilayah di Indonesia menyebabkan pengendalian kualitas yang tidak terkontrol dan cenderung terjadi penurunan (Arifin et al., 2007). Penurunan kualitas genetk ikan secara umum ditandai dengan sifat-sifat seperti pertumbuhan lambat, tingkat kematian tinggi, kematangan gonad pada usia dini dan ukuran individu yang kecil (Leary et al., 1985).
Tujuan dari metode menggunakan teknik Random Amplified Polymorphism (RAPD) adalah untuk mengetahui keragaman genetic lima populasi nila BEST, Nirwana, Gesit, Lokal Kuningan dan Lokal Bogor.
Perbaikan mutu genetik untuk meningkatkan produksi dan produktifitas pada ikan nila dapt di lakukan dengan berbagai cara pertama dengan melakukan intoduksi jenis unggul dari luar negara  sebagai materi dasar /genetik untuk memperbaiki keragaman iakan lokalkedu dengan melakukan persilangan / hibridasi untuk mendapatkan sifat unggul yang lebih baik dari populasi asal ketiga dengan memanfaatkan keunggulan jenis kelamin jantan  keempat denganmelakukan seleksi terhadap karakter penting dan yang kelima DNA recombinat/gene transfer/trasgenetik.
 Penggunaan ikan nila sebagai komoditas budidaya sebgaian besar wilayah indonesia menyebabkan pengendalian tidak terkontrol dan cenderung terjadi penurunan . penurunan genetik ikan secara umum  di tandai dengan sifat sifat seperti pertumbuhan lambat , tingkat kematian tinngi dll Dalam mengatasi hal itu maka di perlukan penyegaran induk ikan nila dan di lakukan persilangan genetiki dan yang kami bahas adalah persilangan genetik dengan random amplified polymmorphism DNA(RAPD).

Bioteknologi Perikanan

PERANAN BIOTEKNOLOGI DALAM BUDIDAYA IKAN HIAS DI INDONESIA 

Di berbagai belahan dunia, bioteknologi merupakan tool yang terbukti mampu melipatgandakan produksi pangan secara efektif dengan target yang lebih terukur, mampu menciptakan produk yang berdaya saing, mengurangi biaya produksi, dan mengarahkan proses pengaruh intervensi manusia terhadap alam menjadi lebih ramah(Carman, 2010).
Dalam perkembangannya yang pesat dewasa ini, induk dan benih ikan hias untuk pemenuhan kebutuhan pasar tidak cukup hanya dengan mengandalkan dari alam maupun budidaya secara tradisional.  Dalam budidaya ikan hias tidak hanya penyediaan induk dan benih yang cukup, namun juga sangat diperlukan mutu yang baik.  Oleh karena itu perlu didukung dengan teknologi pengembangbiakan secara buatan yang memanfaatkan prinsip-prinsip bioteknologi.
Menurut Sumantadinata (1988), batasan dari bioteknologi bidang akuakultur adalah memiliki cakupan yang luas, salah satu yang umum digunakan adalah suatu kegiatan menerapkan prinsip-prinsip ilmiah dan rekayasa dalam mengolah bahan dari unsur hayati untuk penyediaan barang dan jasa.  Dalam bidang budidaya ikan hias, khususnya dalam pembenihan, prinsip biologi adalah sebagai sarana upaya untuk penyediaan induk dan benih ikan hias yang berkualitas.
Ditinjau dari aspek budidaya ikan hias, peran dari bioteknologi dimulai dari pembenihan, yang meliputi pematangan gonad, pemijahan / pembuahan, dan pasca penetasan unuk menghasilkan benih.  Pematangan gonad terhadap induk-induk ikan hias berbeda-beda, yang pada umumnya dilakukan rangsangan agar segara matang kelamin, sedangkan pada tingkat larva dilakukan perubahan kelamin (sex reversal).  Tahap ovulasi atau pemijahan dapat dilakukan rangsangan juga dan manipulasi kromosom.  Aplikasi bioteknologi dalam budidaya ikan hias secara garis besar meliputi dua kelompok yaitu pematangan gonad dan fertilisasi.  Peranan bioteknologi dalam bidang budidaya ikan hias mempunyai cakupan yang lebih luas di antaranya adalah rekayasa lingkungan, rekayasa genetika (teknologi ekspresi protein, mikrosatelit, RFLP, QTL, proteomics, chips DNA, vaksin DNA, transgenik), penanggulangan penyakit, dan menejemen pakan. 

Pematangan Gonad
Perkembangan gonad dan pemijahan ikan hias merupakan respon lingkungan secara alami.  Pada umumnya suhu, cahaya, musim, curah hujan merupakan faktor-faktor yang besar peranannya terhadap perkembangan gonad tersebut. 
Namun demikian, banyak jenis ikan hias yang masih belum dapat dipijahkan secara alami sepenuhnya, seperti arwana, jenis catfish, tiger fish, tilan merah, sumpit, beberapa jenis rasbora, beberapa jenis wild betta, palmas, black gost, botia, balashark, dll).  Pada pengembangbiakan ikan-ikan hias tersebut perlu adanya rangsangan hormonal atau manipulasi hormon.  Fungsi dari hormon tersebut selain untuk pematangan gonad, juga dapat digunakan untuk perubahan fenotif kelamin pada tahap deferensiasi (larva).
Menurut Sumantadinata (1988) menyatakan bahwa hormon gonadotropin dengan kadar karbohidrat tinggi dapat merangsang ovulasi.
Manipulasi hormon selanjutnya pada tahap penanganan gonad adalah rangsangan ovulasi atau pemijahan.  Menurut Zairin, 2003 menyatakan bahwa pengaruh lingkungan dapat merangsang pematangan akhir dari telur sebagai awal dari ovulasi.  Selanjutnya pemberian gonadotropin melalui suntikan ekstrak kelenjar hipofisa yang lebih dikenal dengan hipofisasi.  Berdasarkan penelitian terdahulu bahwa hipofisasi telah banyak memberikan manfaat terhadap pembenihan ikan-ikan konsumsi.  Namun demikian masih ditemukan beberapa masalah untuk dosis maupun sumber kelenjar hipofisanya.  Sumber Gonadotropin dapat berasal dari ikan, dapat pula berasal dari mamalia.  Sebagai contoh HCG (Human Chorionic Gonadotropin) yang diekstraksi dari urin wanita hamil.
  
Sex ReversalPada umumnya ikan hias bersifat seksual dimorfism, sangat mudah untuk membedakan jantan dan betina pada usia tertentu atau menginjak dewasa.  Selain dari penampilan untuk ikan hias jantan yang lebih menarik, warna lebih cerah dan bagus, juga kecepatan tumbuhnya, tingkah laku, bentuk, dan ukuran (rainbow, cupang, maskoki).
Pembentukan monosex pada ikan hias dilakukan dengan beberapa perlakuan mulai dari perendaman hormon, oral, maupun dengan kromoson sex yaitu dengan gynogenesis dan androgenesis.  Selain itu juga pembentukan kelamin yang steril yaitu untuk menjadi individu yang triploid (Sumantadinata, 1988).

Manipulasi KromosomManipulasi kromosom dilakukan pada pembuahan yaitu proses penggabungan gamet jantan dan betina untuk membentuk zigot. Pada proses tersebut homologous kromosom pecah pada tahap pembelahan meiosis, dan kemudian bergabung (Rieger et al., 1979). Pada proses ini dapat dilakukan rekayasa genetika dengan manipulasi kromosom.  Sebagian besar ikan hias pembuahan terjadi di luar tubuhnya, sehingga perlakuan kromosom secara buatan dapat dilakukan pada saat gamet belum dibuahi atau pada telur yang sudah dibuahi untuk fase-fase tertentu selama pembentukan zigot. Manipulasi kromosom yang dilakukan terdiri atas dua metode yaitu gynogenesis dan polyploidi.