IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
4.1.1. Klasifikasi Molusca (Gastropoda, Bivalvia, Cephalophoda)
a.
Gastropoda :
1. Terebra sp.
Kingdom : Animalia
Filum : Molusca
Kelas :
Gastropoda
Ordo : Mesogastropoda
Famili : Potomididae
Genus : Terebra
Spesies :
Terebra sp.
2. Conus
saturatus
Kingdom :
Animalia
Filum :
Molusca
Kelas :
Gastropoda
Ordo :
Mesogastropoda
Famili : Conidae
Genus :
Conus
Spesies :
Conus saturates
3. Rhinoclavis
sp.
Kingdom : Animalia
Filum : Molusca
Kelas : Gastropoda
Ordo : Megastropoda
Famili :
Cerithiidae
Genus : Rhinoclavis
Spesies : Rhinoclavis sp.
4. Epitonium sp.
Kingdom : Animalia
Filum : Molusca
Kelas : Gastropoda
Ordo : Mesogastropoda
Famili : Epitoniidae
Genus : Epitonium
Spesies : Epitonium sp.
5. Cypracea annulus
Kingdom : Animalia
Filum : Molusca
Kelas : Gastropoda
Ordo : Megastropoda
Famili : Cypraeidae
Genus : Cypracea
Spesies : Cypracea annulus
b.Bivalvia :
1.Anadara
sp.
Kingdom : Animalia
Fillum : Molusca
Kelas : Bivalvia
Ordo : Arcoida
Famili : Arcidae
Genus : Anadara
Spesies : Anadara sp.
2.Momodiolus
albicoscus
Kingdom : Animalia
Fillum : Molusca
Kelas : Bivalvia
Ordo : Pteriomorpha
Famili : Mytilidae
Genus : Modiolus
Spesies : Miomodiolus albicoscus
3.Gafrarium tumidum
Kingdom : Animalia
Fillum :
Molusca
Kelas : Bivalvia
Ordo : Veneroida
Famili : Veneridae
Genus : Gafrarium
Spesies : Gafrarium tumidum
4.Trachycardium sp.
Kingdom : Animalia
Fillum : Molusca
Kelas : Bivalvia
Ordo : Venoroida
Famili : Cardiidae
Genus : Trachycardium
Spesies : Trachycardium sp.
5.Chlamys sp.
Kingdom : Animalia
Fillum : Molusca
Kelas : Bivalvia
Ordo : Siphonostomatoida
Famili : Pandaridae
Genus : Chlamys
Spesies : Chlamys sp.
c.Cephalophoda
1. Loligo
sp.
Kingdom : Animalia
Fillum : Molusca
Kelas : Cephalophoda
Ordo : Teuthoidea
Famili : Loliginidae
Genus : Loligo
Spesies : Loligo sp.
2. Sepiidus
sp.
Kingdom : Animalia
Fillum : Molusca
Kelas : Cephalophoda
Ordo : Sepiida
Famili : Sepiidae
Genus : Sepia
Spesies : Sepia sp.
3.Octopus
sp.
Kingdom : Animalia
Fillum : Molusca
Kelas : Cephalophoda
Ordo : Octopoda
Famili : Octopus
Genus : Octopus
Spesies : Octopus sp.
4.1.2. Klasifikasi Polychaeta (Erantia dan Sedentaria)
a. Errantia
1. Nerei sp.
Kingdom : Animalia
Fillum : Annelida
Kelas : Polychaeta
Ordo : Aciculata
Famili : Nereididae
Genus : Nereis
Spesies : Nerei sp.
2. Hesionella
sp.
Kingdom : Animalia
Filum : Annelida
Kelas :
Polychaeta
Ordo :
Aciculata
Famili :
Hesionidae
Genus :
Hesionida
Spesies :
Eunice Veridis
3. Lacydonia sp.
Kingdom : Animalia
Fillum : Annelida
Kelas : Polychaeta
Ordo : Aciculata
Famili :
Lacydonidae
Genus :
Lacydonia
Spesies : Lacydonia sp.
b. Sedentaria
1. Sabellaria sp.
Kingdom : Animalia
Fillum :
Annelida
Kelas :
Polychaeta
Ordo : Terebellida
Famili :
Sabellaridae
Genus :
Sabellaria
Spesies : Sabellaria sp.
2. Ophelia
sp.
Kingdom : Animalia
Fillum : Annelida
Kelas : Polychaeta
Ordo : Opheliida
Famili : Opheliidae
Genus : Ophelia
Spesies : Ophelia sp.
3. Maldanella
sp.
Kingdom : Animalia
Fillum : Annelida
Kelas : Polychaeta
Ordo : Capitellida
Famili : Maldanidae
Genus : Maldanella
Spesies : Maldanella sp.
4.1.3. Klasifikasi Crustacea
1.
Macrobachium rosembergii
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas :
Crustacea
Ordo : Decapoda
Famili :
Palaemonidae
Genus : Macrobrachium
Spesies : Macrobachium rosenbergii
2. Penaeus
monodon
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas :
Crustacea
Ordo : Decapoda
Famili : Penaeidae
Genus :
Penaeus
Spesies : Penaeus monodon
3. Penaeus
marquensis
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Crustacea
Ordo : Decapoda
Famili : Penaeidae
Genus : Penaeus
Spesies : Penaeus marquensis
4. Portunus
pelagicus
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Crustacea
Ordo : Decapoda
Famili : Portunidae
Genus : Portunus
Spesies : Portunus pelagicus
5. Scylla
serrata
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Crustacea
Ordo : Decapoda
Famili : Portunidae
Genus : Scylla
Spesies : Scylla serata
6. Scyllarus
sp.
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Crustacea
Ordo : Decapoda
Famili : Scyllaridae
Genus : Scyllarus
Spesies : Scyllarus sp.
7.
Panulirus sp.
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Crustacea
Ordo : Decapoda
Famili : Panuliridae
Genus : Panulirus
Spesies : Panulirus sp.
8. Limulus
polyphemus
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Merostomata
Ordo : Xiphosurida
Famili : Limulidae
Genus : Limulus
Spesies : Limulus
polyphemus
4.1.4. Klasifikasi Karang (Karang Branching dan
Karang Massive)
a.
Karang Massive
1. Merulilina
amplicea
Kingdom : Animalia
Filum : Coelenterata
Kelas : Anthozoa
Ordo : Sceleractinia
Famili : Fungidae
Genus : Merullina
Spesies : Merullina amplicea
2. Cypastrea
sp.
Kingdom : Animalia
Filum :
Coelenterata
Kelas : Anthozoa
Ordo : Sceleractinia
Famili : Favidae
Genus : Cypastrea
Spesies : Cypastrea sp.
3. Euphyllia
anchora
Kingdom : Animalia
Filum : Coelenterata
Kelas : Anthozoa
Ordo :
Sceleractinia
Famili : Euphyllidae
Genus : Euphyllia
Spesies : Euphyllia anchora
4.Trachyphyllia
sp.
Kingdom : Animalia
Filum : Coelenterata
Kelas : Anthozoa
Ordo : Sclerectina
Famili : Trachyphyllidae
Genus : Trachyphyllia
Spesies : Trachyphyllia sp.
b.
Karang Branching
1. Pocillopora
sp.
Kingdom : Animalia
Filum : Coelenterata
Kelas : Anthozoa
Ordo : Scleractinia
Famili : Pocilloporiidae
Genus : Pacillopora
Spesies : Pocillopora sp.
2. Acropora
sp.
Kingdom : Animalia
Filum : Coelenterata
Kelas : Anthozoa
Ordo : Sclerectinia
Famili : Acroporidae
Genus : Acropora
Spesies : Acropora sp.
3. Hydnophora
sp.
Kingdom : Animalia
Filum : Coelenterata
Kelas : Anthozoa
Ordo : Sclrectinia
Famili : Faviidae
Genus : Hydnophora
Spesies : Hydnophora sp.
3. Stylopora
sp.
Kingdom : Animalia
Filum : Coelenterata
Kelas : Anthozoa
Ordo : Sclerectinia
Famili : Poritidae
Genus : Stylopora
Spesies : Sylopora sp.
4.1.5. Klasifikasi Echinodermata (Asteroidea, Echinoidea, Sand dollar)
a.
Asteroidea
1. Protoreaster nodosis
Kingdom : Animalia
Filum : Echinodermata
Kelas : Asteriodae
Ordo : Platyesterida
Famili : Ophidlasteridae
Genus : Protoreaster
Spesies : Protoreaster
nodosis
2. Pentagonaster
sp.
Kingdom : Animalia
Filum : Echinodermata
Kelas : Asteriodae
Ordo : Platyesterida
Famili : Ophidlasteridae
Genus : Pentagonaster
Spesies : Pentagonaster
sp.
3. Linckia
laevigata
Kingdom :
Animalia
Filum : Echinodermata
Kelas : Asteriodae
Ordo : Paxillosida
Famili : Ophidlasteridae
Genus : Linckia
Spesies : Linckia laevigata
b. Sand dollar
1. Laganum
sp.
Kingdom : Animalia
Filum : Echinodermata
Kelas : Echinodea
Ordo : Clypeasteroidea
Famili : Laganidae
Genus : Laganum
Spesies : Laganum sp.
c.
Echinoidea
1. Diadema
setosum
Kingdom : Animalia
Filum : Echinodermata
Kelas : Echinoideas
Ordo : Cidaroidea
Famili
: Diadematidae
Genus
: Diadema
Spesies : Diadema setosum
3. Echinometra mathaei
Kingdom : Animalia
Filum : Echinodermata
Kelas : Echinoideas
Ordo : Ardodanta
Famili : Echinometridae
Genus : Echinometra
Spesies : Echinometra mathaei
4.2 Pembahasan
4.2.1 Molusca
a. Gastropoda
Rhinoclavis sp. dalam
klasifikasi moluska termasuk kelas Gastropoda,
ordo Mesogastropoda, famili Cerithiidae, genus Rhinoclavis. Rhinoclavis sp.
memiliki bentuk tubuh kerucut yang meruncing, di sekeliling tubuhnya dipenuhi
gerigi yang tidak beraturan, suture lines
terlihat lebih jelas pada bagian tubuhnya sehingga menyerupai cincin yang
bergerigi, suture canal juga tampak
jelas sehingga aperature terlihat
berwarna putih mengkilap dengan pola bergaris.
Bentuk apex yang kecil dan meruncing memiliki
ukuran lebih kecil, bentuk tubuhnya yang juga ramping dan ringan membuat
ukurannya semakin kecil dan panjang. Warna kuning, coklat, putih tidak terlihat rata pada bagian tubuhnya.
Struktur garis pada suture lines terlihat
lebih teratur.
b. Bivalvia
Spesies yang diamati adalah Anadara sp, Miomodiolus Albicoscus, Gafrarium
Tumidum, Trachycardium sp, dan Chlamys sp. Bagian-bagian
tubuh Bivalvia atau Pelecypoda yang
ditemukan adalah umbo (pusat pertumbuhan Bivalvia), mantel yaitu lapisan pada
bagian sisi dalam dari shell atau cangkang yang berkilauan dan disebut juga
sebagai lapisan mutiara. Pada bagian cangkangnya juga ditemukan radial rib
dan growth line.
Bivalvia mempunyai dua cangkang yaitu belahan sebelah
kanan dan kiri yang disatukan oleh suatu engsel yang bersifat elastis. Terdapat
warna-warna yang menarik pada beberapa kerang yang di amati, seperti warna
ungu, merah kecoklatan, merah muda, coklat dan putih susu. Pada kerang yang
diamati juga terdapat growth line yang terlihat jelas namun ada pula growth
line yang tidak terlihat jelas. Bentuk dari kerang itu sendiri tidak
berbentuk lingkaran yang sempurna melainkan lingkaran yang sedikit berbentuk
elips yang mempunyai berbagai macam modifikasi cangkang, seperti cangkang yang
bergelombang dan cangkang yang tidak berbentuk lingkaran melainkan pipih
(Suwignyo, 2005)
Warna
dan bentuk kedua belah cangkang tidak sama. Di dekat kerucut terdapat bentuk
seperti telinga dan sayap pada waktu muda hewan ini melekatkan diri pada
substrat dengan benang byssus. Setelah dewasa berenang zig-zag dengan cara
membuka dan menutup kedua cangkangnya secara teratur. Hidup di pantai yang agak
dalam, nama daerahnya kipas-kipas. Dagingnya enak dimakan dan umumnya diperdagangkan
dalam keadaan kering (Nontji, 1993).
Anadara sp, memiliki warna coklat pada bagian dorsalnya sedangkan berwarna putih pada
bagian ventralnya. Terdapat titik-titik yang menonjol yang berwarna putih. Pada
pengamatan Anadara granusa bentuk tepinya bergerigi. Anadara granosa
merupakan jenis hampir ditemukan di seluruh Indo-Pasifik wilayah timur
dari Afrika ke Australia ke Polinesia ke Jepang. It lives mainly
in the intertidal zone at one to two metres water depth, burrowed down into
sand or mud. Anadara granosa hidup terutama di zona intertidal pada satu hingga
dua meter kedalaman air, bawah ke dalam pasir atau lumpur. Adult size is
about 5 to 6 cm long and 4 to 5 cm wide. [ 1 ] It has a
high economic value as food, and it is kept in aquaculture . Ukuran dewasa panjangnya sekitar 5 sampai 6 cm dan lebarnya 4 sampai 5 cm (Suwignyo, 2005)
c. Cephalopoda
1. Cumi-cumi (Loligo sp.)
Spesies yang kita amati dalam
kelas Cephalopoda ini adalah
cumi-cumi (Loligo sp.) .
Preparat yang digunakan dalam pengamatan
ini adalah dengan menggunakan preparat basah yang tak beda dengan menggunakan
preparat kering yaitu mengamati bagian-bagian morfologinya saja tanpa mengamati
bagian anatominya.
Cumi-cumi merupakan Chepalopoda yang
modern tubuhnya relatif panjang, langsing dan bagian belakangnya meruncing.
Mantel pada cumi-cumi berwarna putih dengan bintik-bintik merah ungu dan
diselubungi selaput tipis yang berlendir pada kedua sisi dorsal mantel terdapat
sirip lateral berbentuk segitiga. Di sekeliling mulutnya terdapat 8 buah lengan
dan 2 tentakel yang panjang. pada permukan lengan bagian dalam dilengkapi
dengan penghisap pada bagian tentakelnya yang berfungsi untuk menangkap mangsa.
Alat pergerakan Cumi-cumi berupa cerobong dan alat kemudian berupa sirip yang
letaknya di ujung dorsal (Suwignyo, 2005)
Cumi-cumi memiliki semacam penyokong seperti tanduk yang keras didalam
tubuhnya yang berbentuk kantong. Penyokong ini disebut pena, karena cumi-cumi
memiliki kantong tinta maka cumi-cumi sering disebut binatang pena dan tinta.
Kepalanya dengan otak dan mata yang besar terpasang pada bagian depan kantung
tubuhnya yang lebih panjang lagi.
Bagian dorsal terdapat lengan dan tentakel. Pada bagian anterior ujung
terdapat mulut yang dikelilingi oleh lengan dan tentakel. Lokasi mata tedapat
pada kedua sisi kepala di daerah funnel,
dua macam usus terdapat di anterior sekitar mulut, satu lebih pendek dari
lengan dan satu lebih panjang dari saker pada tentakel. Di dekat mata terdapat
intergumen yang tebal disebut olfactory
crest, di bawahnya ditemukan olfactory
groove (Nontji, 1993)
Menurut Brotowidjoyo (1994), cumi-cumi
memiliki lusinan pola warna tubuh yang dapat diubah-ubah sesuai kehendaknya. Ia
bisa tidak terlihat atau bisa menjadi serupa dengan lingkungan sekitarnya guna
mengelabuhi pemangsa. Namun spesies ini bisa juga menjadi sangat menarik dan
penuh warna untuk mengecoh agar mangsanya mendekat atau untuk memikat
pasangannya.
2. Sotong (Sepia sp.)
Sotong mempunyai cangkok internal atau
tidak sama sekali. Kepalanya besar dengan mata besar yang berstruktur kompleks. Mulut dengan
rahang yang dilengkapi 8 – 10 tentakel. Mempunyai sifon yang digunakan sebagai
alat untuk menyemprotkan tinta.
Semua cephalopoda pada dasarnya adalah
hewan pelagis yang berenang dengan daya dorong jet (jet propulusion) untuk
memburu mangsa, yang juga perenang. Tanaga dorong tersebut berasal dari air
yang disemburkan dari rongga mantel. Mantel terdiri dari dua macam serabut
otot, radial dan melingkar. Pada waktu menghisap air, otot melingkar
beristirahat, sedangkan otot radial berkontraksi. Dengan demikian volume rongga
mantel membesar dan air mengalir masuk ke dalamnya melalui bagian dorsal
(Suwignyo, 2005)
Menurut Suwignyo (1998), sotong (Sepia sp.) ini berbeda dengan
bentuk Cephalopoda yang lain seperti Loligo ataupun Octopus. Sepia ini sangat
mudah diidentifikasi karena tubuhnya yang gemuk dengan sirip yang memanjang
pada bagian posteriornya. Sedangkan Loligo
mempunyai tubuh yang lebih ramping dengan sirip berbentuk segitiga. Morfologi
cangkang ini mampu menunjukkkan jenisnya.
Mantel pada sotong (Sepia
sp.) berwarna putih dengan bintik-bintik merah ungu dan diselubungi selaput
tipis yang berlendir pada kedua sisi dorsal mantel terdapat sirip lateral
berbentuk segitiga. disekeliling mulutnya terdapat 8 buah lengan dan 2 tentakel
yang panjang. Pada permukaan lengan bagian dalam dilengkapi dengan batil isap
pada bagian tentakelnya yang berfungsi untuk menangkap mangsa. Alat pergerakan
sotong (Sepia sp.) berupa cerobong dan alat kemudian berupa sirip yang
letaknya di ujung dorsal.
3. Gurita (Octopus
sp.)
Gurita hampir mirip dengan cumi-cumi hanya
berbeda bentuk badan dan kepalanya saja. Gurita termasuk hewan tak bertulang belakang yang
tidak mempunyai tulang pada tubuhnya, meskipun disebut ikan. Mereka mempunyai
kemampuan yang luar biasa untuk bergerak lihai karena adanya sistem yang sangat
menarik. Tubuh lunaknya diselimuti oleh lapisan pelindung tebal yang di
bawahnya air dalam jumlah besar disedot dan disemburkan oleh otot-otot yang
kuat, sehingga memungkinkannya bergerak mundur.
Lapisan tipis kulit yang menutupi lengan dan tubuh
makin membantu sistem berenang reaksi pada gurita. Gurita mengapung dalam air
dengan cara melambai-lambaikan selaput berbentuk menyerupai tirai ini. lengannya,
di pihak lain, berguna menyeimbangkan tubuh selama mengambang. Lengan-lengan
juga berguna mengerem untuk menghentikan lajunya.
Pada tubuh gurita tentakel-tentakelnya
sangat besar dan agak pendek bila dibandingkan dengan cumi-cumi. Sistem berenang reaksi gurita
dan cumi-cumi ternyata bekerja dengan cara dasar yang mirip dengan pesawat jet.
Melalui penelitian lebih dekat, jelaslah bahwa sistem otot mereka telah
dirancang dengan cara yang paling cocok untuk mereka. Oleh karena itu, tentu saja
tidak masuk akal jika menganggap bahwa bentuk rumit seperti ini telah terbentuk
melalui kebetulan demi kebetulan Gurita tidak memiliki cangkang sebagai pelindung di bagian luar
seperti halnya Nautilus dan tidak memiliki cangkang
dalam atau tulang seperti sotong dan cumi-cumi (Romimohtarto, 2001).
4.2.2 Polychaeta
Polychaeta
pada umumnya berbentuk memanjang, silindris dan tersusun atas bagian anterior
yang terdiri dari prostomium dan periostomium yang mempunyai atau tidak
mempunyai parapodia. Bentuk tubuh adalah metamerik sempurna yaitu setiap ruas
tubuh memiliki fungsi yang sama. Pada setiap sisi lateral ruas tubuh polychaeta, kecuali kepala dan bagian
ujung posterior, biasanya terdapat
sepasang parapodia dengan sejumlah besar setae. Parapodia merupakan pelebaran dinding tubuh yang pipih dan biramus,
terdiri atas notopodium dan neuropodium, masing-masing disangga
(ditunjang) oleh sebuah batang khitin yang disebut acicula. Pada notopodium
terdapat cirrus dan pada neuropodium
terdapat cirrus ventral. Bentuk parapodia dan satae pada setiap jenis
tidak sama, sehingga dipakai untuk identifikasi jenis-jenis polychaeta (Sugiarto, 1989).
Pada prostomium terdapat mata, antena, dan
sepasang palp. Sesudah prostomium terdapat peristomium, yaitu ruas yang ada mulutnya. Kecuali beberapa jenis, peristomium merupakan ruas pertama,
namun ada kalanya gabungan antara dua atau tiga ruas. Biasanya ruas
peristomium mengalami modifikasi
dengan adanya alat indera seperti peristomial
cirri (cirrus peristomium). Prostomium dan peristomium dianggap sebagai kepala Polychaeta. Peristomium
jenis Errantia biasanya tidak
mengandung parapodia (Nontji, 1993)
Kelas Polychaeta
dibagi menjadi dua sub kelas, yaitu Errantia
yang berkeliaran bebas dan Sedentaria
yang menetap. Pada sub kelas Errantia,
spesies yang kami amati antara lain : Nerei
virens, Eunice veridis, Arabellidae sp.
dan . Spesies Errantia jenis
spesies yang merayap pada celah batu dan karang, membuat lubang atau lorong
dalam pasir dan lumpur, ada pula yang membentuk selubung.
Bentuk
kepala cacing Sedentaria biasanya
mengalami berbagai modifikasi sesuai dengan fungsinya sebagai ciliary feeder. Dalam beberapa hal,
kepala berfungsi sebagai alat pertukaran gas, jadi semacam insang. Prostomium
ada yang berbentuk kecil sekali, hingga seperti bibir, misalnya pada Arenicola. Antena dan mata acapkali tidak ada. disebut radiolas. Radiolas ini dapat dilipat atau digulung masuk ke dalam ujung
anterior (Sugiarto, 1989).
Ruas-ruas tubuh cacing errantia dapat
dikatakan sama bentuk dan ukurannya, sedangkan ruas tubuh jenis sedentaria sama halnya jenis pembuat
liang, badannya cenderung mengalami modifikasi. Perbedaannya disebabkan
oleh perbedaan diameter ruas, parapodia
atau ada tidaknya insang (Sugiarto, 1989).
4.2.3
Crustacea
a. Kepiting
Kepiting (Scylla
serrata) memiliki karapaks berbentuk heksagonal, memiliki garis lintang
oral dan heksagonal, permukaan dorsal cenderung datar sampai cembung halus,
bergelombang atau berbutir, permukaan lebar (lebih besar) daripada panjang
dengan permukaan yang tidak terlalu jelas pembagian daerahnya. Bagian pinggir
bergerigi (tepi anterolateral) berjumlah 5 - 9 gigi ditiap sisi anterolateral,
bagian pinggir posrerolateral kadang bersatu jelas. Endopodite dari maxilipped
kedua dengan cuping berkembang kuat di sisi dalam. Lengan samping memipih untuk
menyesuaikan keadaan, segmen terakhir kedua adalah bagian seperti sepasang
kayuh (dayung). Segmen abdominal 3 - 5 menyatu, tidak dapat digerakkan
(Romimohtarto, 2001).
Kepiting
memiliki dahi lebar terpisah dengan jelas dari sudut supraorbital, bergigi 5 -
6 buah. Sungut kecil (antenulla)
terletak melintang atau menyerong. Ruas dasar dari sungut (antena) lebar, sudut
antereoxternal berada pada orbit
mata. Penampakan depan dengan gigi tajam, granula tajam pada telapak berwarna
hijau dan berpola kelereng, pola kelereng pada kaki terakhir terdapat pada
kepiting jantan dan betina. Panjang
pasangan kaki jalan lebih pendek daripada sapit pasangan kaki terakhir yang
berbentuk dayung (Suwignyo, 2005)
Kepiting betina memiliki ukuran tubuh lebih besar daripada kepiting jantan.
Hal ini karena betina mencapai dewasa kelamin lebih dahulu dibanding jantan.
Kepiting pertama kali menmcapai dewasa kelamin tergantung pada ukuran, umum,
jenis kelamin dan kondisi perairannya
Perbedaan kepiting jantan dan kepiting betina yaitu karapaks pada punggung
kepiting jantan lebih cembung berukuran lebih kecil dengan warna relatif lebih
gelap daripada karapas punggung kepiting betina. Pada kepiting jantan abdomen
lebih lancip dan abdomen betina cenderung melebar dan tumpul.
Pada kepiting karapaksnya terbuat dari lapisan
kitin berbentuk hexagonal dan agak cembung, karapaksnya berukuran lebih lebar
daripada panjangnya dengan permukaan
yang tidak terlalu jelas pembagian daerahnya. Pada sisi anterolateralnya
terdapat sembilan buah duri anterolateral
sedang sungut kecil (antenula)
terletak menyerong (Afriyanto, 1992).
Scylla serrata mempunyai daktilus bergerak dan daktilus diam
padprodopus yang berfungsi membantu memasukkan makanan ke dalam mulut. Pada
sepasangkaki jalan terdepannya terdapat ruas-ruas yang terdiri dari prodopus,
karpus dan merus. Kepiting sejati mempunyai lima pasang kaki; sepasang kaki yang pertama
dimodifikasi menjadi sepasang capit dan tidak digunakan untuk bergerak. Di
hampir semua jenis kepiting, kecuali beberapa saja (misalnya, Raninoida), perutnya terlipat di bawah cephalothorax. Bagian mulut kepiting ditutupi olehmaxillipedcarapace tidak membentuk sebuah rostrum yang panjang . Insangkepiting terbentuk dari pelat-pelat
yang pipih ("phyllobranchiate"), mirip dengan insang udang, namun dengan struktur yang berbeda (Wikipedia,
2010).
b. Rajungan
Rajungan merupakan salah satu dari seksi kepiting (Brachyura). Portunus
pelagicus mempunyai karapas yang pipih atau agak cembung dan berbentuk
heksagonal atau persegi. Karapas berukuran lebar, yang dapat mencapai dua
pertiga kali panjangnya. Karapas mempunyai sepasang mata yang bertangkai.
Permukaan karapas dibagi ke dalam daerah-daerah yang kurang jelas.
Menurut Romimohartono (2001), menjelaskan garis-garis yang membagi
permukaan yaitu : Garis mesogastrica,
epibrancil dan metagastrik. Karapas depan berduri empat buah tetapi anterolateral
dari karapas berduri 9 buah, durin pertama lebih besar dari duri di
belakangnya, kecuali duri ke 9 yang merupakan duri terbesar dan menjorok lurus
ke arah sisi. Capit memanjang kokoh, berduri-duri dan berusuk-rusuk. Tepi
posterior berduri tajam 3 atau 4 buah.
Rajungan dapat hidup pada habitat yang beraneka ragam , pantai dengan
lumpur, pasir, pecahan karang dan laut terbuka. Tetapi rajungan lebih menyukai
substrat dasar yang terdiri dari campuran pasir dan lumpur. Rajungan termasuk
ornnivorus zoea yakni bahwa rajungan jika di pelihara dalam akuarium tidak akan
merusak ikan-ikan hidup tetapi jika ikan tersebut mati maka rajungan mendekati
dan memakannya. Pada rajungan dimorphisma kelaminnya dapat berupa perbedaan
warna dan corak warna serta bentuk bagian-bagian tubuh tertentu
Perbedaan terdapat pada ruas-ruas badan. Ruas-ruas rajungan betina dewasa
lebih besar dibanding ruas perut rajungan jantan. Kedua, pasangan kaki jalan (pleopod) pertama pada rajungan jantan
lebih panjang dan relatif ramping dibandingkan dengan betina. Ketiga, kaki
renang pada ruas perut rajungan betina berkembang dengan baik, bercabang dan
berbulu halus. Sedangkan pada rajungan jantan hanya pada ruas perut pertama dan
kedua saja yang berkembang baik. Keempat, pada rajungan dewasa jantan terlihat
adanya bercak-bercak berwarna terang kebiruan, pada rajungan betina
bercak-bercak ini tidak begitu jelas.
Kaki jalan pada rajungan ini berjumlah lima pasang. Pasangan pertama
berubah menjadi chelliped dan
pasangan kaki jalan ke-5 berfungsi sebagai alat pendayung. kaki renang ini
tereduksi dan tersembunyi di balik abdomen. Capit memanjang kokoh, berduri-duri
dan berusuk-rusuk serta tepi posteriornya
mempunyai duri tajam berjumlah 4 buah.
Morfologi
pada rajungan karapaks pipih atau agak cembung berbentuk bulat telur, berukuran
lebih besar daripada panjang dengan permukaan yang tidak terlalu jelas
pembagian daerahnya. Rajungan
biasanya memakan zooplankton yang ada di perairan sebagai sumber makanan. Zooplankton
cenderung kecil dan sesuai dengan bentuk mulut dari rajungan yang lebih kecil
dan gerakannya cenderung lambat. Cara memekan dari rajungan ini yaitu makanan
ditangkap oleh radula (Afriyanto, 1992).
Secara umum morfologi rajungan berbeda dengan kepiting
bakau, di mana rajungan (Portunus pelagicus) memiliki bentuk tubuh yang lebih
ramping dengan capit yang lebih panjang dan memiliki berbagai warna yang
menarik pada karapasnya. Duri akhir pada kedua sisi karapas relatif lebih
panjang dan lebih runcing. Rajungan hanya hidup pada lingkungan air laut dan
tidak dapat hidup pada kondisi tanpa air. Bila kepiting hidup di perairan
payau, seperti di hutan bakau atau di pematang tambak, rajungan hidup di dalam
laut. Rajungan memang tergolong hewan yang bermukim di dasar laut, tapi malam
hari suka naik ke permukaan untuk cari makan. Rajungan disebut juga “swimming crab” atau
kepiting yang bisa berenang. Induk rajungan mempunyai capit yang lebih panjang dari
kepiting bakau, dan karapasnya memiliki duri sebanyak 9 buah yang terdapat pada
sebelah kanan kiri mata. Bobot rajungan dapat mencapai 400 gram, dengan ukuran
karapas sekitar 300 mm (12 inchi), Rajungan bisa mencapai panjang 18 cm,
capitnya kokoh, panjang dan berduri-duri. Rajungan mempunyai karapas berbentuk bulat
pipih dengan warna yang sangat menarik. Ukuran karapas lebih besar ke arah
samping dengan permukaan yang tidak terlalu jelas pembagian daerahnya. Sebelah
kiri dan kanan karapasnya terdapat duri besar, jumlah duri sisi belakang
matanya sebanyak 9, 6, 5 atau 4 dan antara matanya terdapat 4 buah duri
besar(Wordpress,2010).
c. Udang
1. Udang
windu (Penaeus monodon)
Menurut
Romimoharto (2001), udang windu (P.
monodon) termasuk ke dalam golongan udang Penaeid. Udang Penaeid
mempunyai ciri khas, yaitu kaki jalan pertama, kedua, dan ketiga bercapit serta
kulit chitin (pleura) pada segmen perut yang pertama tidak
tertindih oleh kulit chitin pada segmen berikutnya. Secara anatomis baik cephalothorax
maupun abdomen terdiri dari segmen-segmen atau ruas-ruas. Hanya karena tertutup
oleh carapace maka segmennya tidak terlihat dari luar, berbeda dengan
abdomen yang ruas-ruasnya terlihat jelas.
Menurut Suwignyo (2005),
penggolongan udang windu secara lengkap berdasarkan ilmu taksonomi hewan
(sistem pengelompokan hewan berdasarkan bentuk tubuh dan sifat-sifatnya), yaitu
Udang penaeid mempunyai ciri khas, yaitu kaki jalan pertama, kedua, dan ketiga
bercapit serta kulit chitin (pleura) pada segmen perut yang pertama
tidak tertindih oleh kulit chitin pada segmen berikutnya. Secara anatomis bagian cephalothorax memiliki beberapa anggota tubuh yang berpasangan,
yakni sungut mini (antenulla), sirip
kepala (skopocherif), sungut besar (antenna), rahang (mandibulla) dan alat pembantu rahang (maxilla). Sementara itu, bagian dada memiliki tiga pasang maxilliped yang berfungsi untuk berenang
dengan li pasang kaki jalan (periopoda)
yang berfungsi untuk berjalan dan memantu proses makan. Bagian abdomen memiliki
lima pasang kaki renang (pleopoda)
yang berfungsi untuk berenang dan sepasang sirip ekor (uropoda) yang membantu gerakan melompat dan naik turun. Salah satu
ujung sirip ekornya membentuk ujung ekor yang disebut dengan telson. Selain itu, dibawah pangkal
ujung ekor terdapat anus untuk membuang kotoran.
Tubuh
Udang Windu (P. monodon) dapat
dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian kepala dan bagian badan. Bagian kepala
menyatu dengan bagian dada yang terdiri dari 13 ruas, yaitu 5 ruas di bagian
kepala dan 8 ruas di bagian dada. Bagian badan dan abdomen terdiri dari 6 ruas,
tiap-tiap ruas (segmen) mempunyai sepasang anggota badan (kaki renang) yang
beruas-ruas pula. Pada ujung ruas keenam terdapat ekor kipas 4 lembar dan satu
telson yang berbentuk runcing (,
2010).
2.
Udang putih (Penaeus merguensis)
Sebagaimana
udang windu, udang putih (P. merguensis) juga termasuk udang penaeid. Pada
udang putih masing-masing ruas badan memiliki anggota badan yang fungsinya
bermacam-macam. Pada ruas kepala yang pertama terdapat mata majemuk yang bertangkai.
Antena I atau antennules mempunyai dua buah flagella yang pendek dan
berfungsi sebagai alat peraba dan pencium. Antenulla mempunyai dua buah cabang
pula yaitu cabang pertama (exopodite) yang berbentuk pipih dan tidak
beruas dinamakan prosartema, sedangkan yang kedua (endopodhit)
berupa cambuk yang panjang dan berfungsi sebagai alat perasa dan peraba
(Romimohtarto, 2001).
Perbedaan antara P.
merguiensis dan P. monodon diantaranya yaitu warna kulitnya. Penaeus
merguensis mempunyai kulit agak bening (transparant) sedangkan Penaeus
monodon mempunyai kulit agak gelap. Selain itu bagian ujung kaki kipas pada
Penaeus merguensis berwarna kuning hijau. Penaeus merguensis
lebih menyukai dasar perairan lempung liat berpasir, sedangkan Penaeus
monodon lebih menyukai tekstur dasar lempung berdebu (lumpur dan pasir).
Udang penaeid umumnya bersifat omnivora, juga pemakan detritus dan sisa
organisme lain. Makanan Penaeus
merguensis pada tingkat post larva selain jasad renik juga memakan
phytoplankton dan alga hijau berbentuk benang (Romimohtarto, 2001).
Spesies udang
putih (Peanaeus marguensis) Bagian
kepala dilindungi oleh cangkang kepala atau Carapace. Bagian depan meruncing
dan melengkung membentuk huruf S yang disebut cucuk kepala atau rostrum. Pada
bagian atas rostrum terdapat 7 gerigi dan bagian bawahnya 3 gerigi (Wikipedia, 2010).
3.
Udang Galah (Macrobrachium rosenbergii)
Menurut
Hadie (2002), sama halnya dengan udang
lain, udang galah mempunyai tubuh yang terdiri dari ruas-ruas yang ditutupi
kulit keras. Tubuh udang galah terbagi tiga bagian, yaitu bagian kepala dan
dada yang bersatu disebut kepala-dada (cephalothorax),
bagian badan (abdomen), dan bagian
ekor (uropoda). Pada udang galah
bentuk dari morfologi berbeda dengan udang lainnya, pada kaki jalan pertama dan
kedua, yaitu dactylus mengalami
perunahan bentuk menjadi capit (chela)
yang berfungsi untuk mengambil makanan terutama makanan berupa potongan. Kaki
bercapit kedua tumbuh panjang dan mencolok terutama udang jantan serta terdapat
duri-duri (spina) yang tumbuh merata
di sepanjang kaki jalan yang lain .
4.
Udang Barong (Panulirus sp.)
Menurut
Romimoharto (2001), udang barong
atau udang karang merupakan hasil perikanan karang yang memiliki nilai ekonomis
penting. Morfologi udang barong secara umum adalah sebagai berikut :
1.
Badannya
besar dilindungi kulit keras yang mengandung zat kapur (calcareous)
2.
Memiliki
duri-duri yang keras, terutama di bagian atas kepala dan antena
3.
Sungut
atau antena tumbuh dengan baik, terutama sungut kedua yang panjangnya melebihi
panjang badannya
4.
Pada
pasangan kaki jalannya tidak mempunyai chella/capit
5.
Warna
bermacam-macam yaitu ungu, merah dan abu-abu yang membentuk pola indah. Dari
pola pewarnaan serta dari ukuran dan bentuk kepala, udang barong mudah
diidentifikasi.
5.
Udang Pasir (Scyllarus sp.)
Menurut
Suwignyo (2005), udang pasir atau mantis shrimp umumnya terdapat di daerah tropis,
dari kebanyakan spesies hidup dalam lubang di dasar laut atau dalam celah batu
dan koral. Bentuk tubuh udang pasir berbeda dengan udang lain adalah seperti belalang sembah
(walang keke atau cancorang), tubuhnya panjang dan pipih dorsoventral, carapace lebar seperti perisai dan
menyatu dengan 2 ruas thorax pertama, 5 pasang apendix thorax dan tidak
bercapit. 5 pasang pleopod, mempunyai insang, uroppod dan telson besar seperti
kipas, berukuran 5 cm sampai 36 cm, mata besar dan dan bertangkai, diantaranya
terdapat sebuah mata nauplius.
4.2.4 Karang
Dari beberapa
spesies karang yang telah diamati dalam praktikum Avertebrata Air diketahui
beberapa jenis bentuk karang yaitu karang branching (bercabang) dan karang
massive (batu atau tidak bercabang). Karang branching diantaranya Acropora
secale, Acropora gemifera, Hydnophora sp., Stylophora sp.
dan Porites nigrescens. Karang
tersebut memiliki bentuk yang pada umumnya bercabang dengan tipe koralit yang
bermacam-macam. Sedangkan karang massive
diantaranya Cyphastrea sp., Favites sp., Montastrea sp., Platygyra sp., Fungia sp., Echinopora gemmacea, Pavona cactus dan Galaxea faficularis. Karang massive
yaitu jenis karang batu dengan bentuk tidak bercabang seperti karang branching, tipe koralit pada karang massive yang diamati pada setiap spesies
saat praktikumpun berbeda-beda.
a. Karang branching
1. Acropora sp.
Acropora sp memiliki
karakter yaitu koloni dengan percabangan digitata yang gemuk pada pangkal dan
meruncing di ujung yang diakhiri dengan axial koralit yang relatif kecil.
Radial koralit dengan bentuk seragam, dengan letak yang membentuk lajur-lajur
yang teratur (Suharsono, 2004).
Dari hasil
yang diperoleh pada pengamatan Acropora
gemifera diketahui bahwa tipe koralitnya adalah plocoid yaitu bentuk permukaan yang tidak rata sebagai akibat dari
pada setiap individu membentuk tonjolan dari setiap koralitnya. Warnanya putih
karena karang tersebut sudah mati.
2. Hydnophora sp.
Hydnophora sp. memiliki
karakter yaitu koloni bercabang dengan koralit berbentuk hydnoporoid
kecil. Koloni sering membentuk koloni pendek dan tebal. Warnanya hijau atau coklat muda.
Tersebar di seluruh perairan Indonesia, sangat umum dijumpai terutama di lereng
terumbu (Suharsono, 2004).
Dari hasil yang diperoleh pada pengamatan Hydnophora sp. diketahui bahwa tipe koralitnya adalah flabellate yaitu individu-individu tidak hanya membentuk alur pada
satu dataran tetap, setiap alur individu menonjol ke arah vertikal dari bidang
horizontal (ke atas). Warnanya putih karena karang tersebut sudah mati.
b. Karang massive
1. Favites sp.
Favites
sp. merupakan koloni massive,
membulat dengan ukuran yang relatif besar. Koralit berbentuk cerioid dengan
pertunasan intratentakuler dan cenderung berbentuk polygonal. Tidak terlihat
adanya pusat koralit. Septa berkembang baik dengan gigi-gigi yang jelas. Pada
beberapa jenis, pali berkembang dengan baik. Warnanya coklat, abu-abu atau
kehijauan (Suharsono, 2004).
Dari hasil
yang diperoleh pada pengamatan Favites
sp. diketahui bahwa tipe koralitnya adalah cerioid
yaitu bentuk permukaan yang datar atau rata dari rangka individu yang membentuk
koloni tersebut. Warnanya putih karena karang tersebut sudah mati.
2. Fungia sp.
Fungia sp. memliki ciri khas yaitu hidup soliter atau
membentuk koloni, bentuknya bulat sampai oval, massive atau perforasi
tidak melekat, melekat hanya pada waktu masih anakan, mulut terdiri dari satu
atau lebih, septa besar dengan gigi bervariasi yang dilanjutkan sebagai kosta
yan berbentuk gigi. Variasi bentuk gigi dipakai untuk membedakan satu jenis
dengan lainnya. Warnanya coklat tua, coklat muda atau (Suharsono, 2004).
Dari hasil
yang diperoleh pada pengamatan Fungia
sp. diketahui bahwa tipe koralitnya adalah solitair
yaitu bentuk ini adalah bentuk yang paling primitif dibanding bentuk-bentuk
yang lain. Kebanyakan karang yang memiliki betuk ini adalah ahermatypic. Warnanya putih karena
karang tersebut sudah mati.
4.2.5
Echinodermata
Termasuk dalam kelas Echinodermata adalah Asteroidea
(bintang laut). Echinodermata merupakan binatang laut yang berkulit
duri. Echinodermata, khususnya kelas Asteroidea mempunyai bentuk
tubuh simetris radial dan mempunyai sistem sceleton yang terdiri dari ossicula
yang terbentuk dari CaCO3. Pada sceleton tersebut berpangkal spinae
yang dapat bergerak ataupun tidak dapat bergerak. Echinodermata dapat
dijumpai di daerah pantai terutama perairan yang berkarang (Sugiarti, 1998).
Rata-rata
spesies dalam kelas Asteroidea mempunyai sistem amburakral yang
berhubungan dengan gerakan lokomosi dan fungsi lainnya. Cara perkembangbiakan
bintang laut secara amphigoni gonochorishis, pada stadium larvanya Asteroidea
sudah mempunyai simetri bilateral. Dalam hal ini Asteroidea mempunyai celom
besar, tractus digestivus, nervosum, perihemale dan lacunale
(Sugiarti, 1998).
Echinodermata yang diamati
yaitu bintang laut (Asteroidea) dan bulu babi (Echinoidea).
Adapun spesies yang kami amati yaitu: Protoreaster nodusus, Linckia
leavigata, Pentagonaster sp., Diadema setosum, Arbacia punctulata
dan Echinometra mathaei.
a. Bulu babi (Echinoidea)
Spesies bulu babi (Echinoidea)
yang diamati termasuk dalam genus Diadema dan genus Echinometra,
umumnya dikenal dengan nama bulu babi/sea urchin. Bentuk dari Diadema
setosum bulat atau pipih bundar dan berwarna hitam, tidak bertangan,
mempunyai duri- duri yang panjang dan tajam yang dapat digerakkan berukuran 10
cm, terbuat dari zat kapur dan berbahaya. Diantara duri-duri tubuh terdapat pedicellaria.
Duri sebagai alat pertahanan karena duri mengandung racun yang hanya dapat
dinetralisir dengan amonia (Jasin, 1984).
Diadema setosum hidup pada substrat batu
dan lumpur di daerah litoral sampai kedalaman 5000 m, bergerak atau merayap
dengan kaki tabung dan duri-duri. Semua organ dalam pada bulu babi umumnya terletak dalam tempurung.
Gerakannya lambat, dengan menggunakan duri-duri ventral, jika merayap
menggunakan kaki-kaki tabung. Fertilisasi eksternal dengan larva echinopluteus
yang pelagik. Diadema setosum merupakan golongan subkelas regularia,
biasanya ukuran durinya sama panjang kecuali bagian oral dan aboral
yang berduri lebih pendek.
Echinometra mathaei bentuknya hampir mirip dengan Diadema
setosum, tetapi lebih bulat dan berwarna coklat, duri-duri pada tubuhnya
relatif tidak beracun dan cenderung tumpul (tidak tajam) dengan ukuran 3 cm
umumnya hidup di pinggir-pinggir pantai yang berupa batu-batu karang. Tidak
agresif dan bisa berdiam diri pada suatu
tempat dalam jangka waktu yang lama. Umumnya hidup bergerombol.
b. Bintang Laut (Asteroidea)
Biasanya
disebut Bintang laut karena umumnya bentuknya seperti bintang dimana kebanyakan
spesies mempunyai 5 buah tangan. Pada tiap ujung tangan terdapat tentakel dengan bintik pigmen merah. Anus
terdapat ditengah pisin aboral, dimana terdapat juga madreporit.
Permukaan tubuh bintang laut tidak halus karena bertaburan duri-duri, papula
dan pedicelaria lapisan epidermis mengandung sel lendir, yang
menghasilkan lendir untuk melindungi tubuh. Di bawah epidermis terdapat lapisan
tebal jaringan penghubung dimana terdapat susunan rangka dalam (endoskeleton).
Saluran
pencernaan terdiri atas mulut, perut berhubungan dengan pangkal pilorik
caecum pada masing-masing tangan, usus dan anus. Asteroidea termasuk
karnivora dan memangsa berbagai avertebrata lain, polip coelenterata,
bahkan ikan. Beberapa jenis merupakan pemakan bingkai. Bintang laut melakukan
reproduksi aseksual dengan pembelahan, yang disebut fissiparity, artinya
membelah dengan jalan fission. Asteroidea umumnya dioecious,
mempunyai 5 pasang gonad pada tiap tangan.
Protoreaster
nodusus termasuk ordo Platyasterida, tubuhnya berwarna coklat muda,
memiliki bentuk yang hampir sama dengan Pentagonaster sp. tetapi pada permukaan aboral
terdapat duri-duri yang tajam dan terbuat dari zat kapur atau calcareous.
Warnanya coklat kekuning-kuningan. Pada tiap lengannya terdapat deretan
kerucut-kerucut kecil. Radius tubuhnya sampai sekitar 10 cm. Bintang laut ini
juga dikenal sebagai bintang laut "bertanduk" atau Chocolate Chip
bintang laut, karena mereka memiliki barisan spines atau "tanduk"
yang berwarna hitam berbentuk kerucut poin diatur dalam satu baris, radially
di sisi sirip belakang, yang dapat berkarat dan menjadi blunt.
Linckia
leavigata merupakan ordo Valvatida,
mempunyai kaki tabung yang berpenghisap. Warnanya putih, mempunyai ciri yang
khas yaitu batas cakram pusat dengan lengan tidak jelas. bentuknya hampir sama
dengan Luidia (hewan primitif dan biasanya telah punah) tetapi lebih
kecil ukurannya, anus terletak di tengah pisin aboral). Warnanya sangat kontras
dibandingkan dengan lingkungannya karenanya mudah dikenali dalam alam. Tiap
lengannya berbentuk memanjang sampai 15 cm atau lebih.
Pentagonaster sp.,
merupakan jenis bintang laut yang memiliki warna coklat tua ataupun cokat muda,
memiliki bintil-bintil keras pada seluruh permukaan aboral. Bentuk tubuh
simetri radial 5 penjuru, permukaan tubuh menjadi 5 bagian yang simetris,
terdiri atas daerah ambulakral tempat menjulurkan kaki tabung dan daerah
interambulakral. Hidupnya soliter sampai kedalaman 400 m, makanan
utamanya molusca, bivalvia, dan bangkai serta tunas karang muda.
Termasuk ordo Spinulosida, terdapat lempengan-lempengan marginal yang
jelas, kaki tabung berpenghisap.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari
praktikum Avertebrata Air adalah sebagai berikut:
1. Avertebrata
air mempelajari beberapa filum diantaranya yaitu filum molusca, polychaeta,
crustacean, karang dan echinodermata.
2. Biota
yang dipraktikumkan berjumlah 41 spesies.
3. Setiap
masing-masing biota memiliki bagian-bagian morfologi dan fungsi yang berbeda.
5.2 Saran
Saran yang dapat di sampaikan dari
praktikum Avertebarata Air adalah sebagai berikut :
1. Lebih
teliti dalam melakukan identifikasi pada setiap spesies
2. Memanfaatkan
waktu seefesien mungkin.